Dalam persediaan terdapat beragam bentuk,tergantung pada
sifat bisnisnya.Untuk bisnis eceran atau grosir,persediaan yang terpenting
adalah persediaan barang dagangan. Untuk rumah sakit,makanan dan
obat-obatan.Perusahaan manufaktur memiliki persediaan bahan baku,suku
cadang,dan perlengkapan yang dibeli untuk produksi,barang dalam proses,dan
barang jadi yang tersedia untuk dijual.
Ì Siklus persediaan biasanya berkaitan dengan sistem
persediaan dan pergudangan yang terdiri dari siklus:
ü Bahan Baku / Raw Materials
ü Barang Dalam Proses / Work In Process
ü Barang Jadi / Finished Goods
ü Biaya Tenaga Kerja / Direct Labour Cost
ü Biaya Overhead Pabrik / Factory
Overhead Cost
Ì Sistem Pengendalian Persediaan:
ü Adanya organisasi intern yang mencerminkan pemisahan
fungsi antara fungsi penguasaan, penyimpanan dan pencatatan, dimana setiap
transaksi persediaan harus memperoleh otorisasi.
ü Adanya dokumen dan catatan pendukungnya.
ü Adanya metode pencatatan persediaan.
ü Adanya sistem budget pembelian dan penjualan.
ü Adanya penerapan prosedur-prosedur.
Ì Kepemilikan Persediaan
Suatu barang dikatakan
sebagai persediaan jika barang tersebut benar-benar dimiliki oleh perusahaan
tanpa memandang lokasi persediaan tersebut. Agar dapat disusun laporan keuangan
secara wajar, maka harus ditentukan apakah suatu elemen persediaan sudah secara
sah menjadi hak milik perusahaan. Masalah yang mungkin terjadi pada akhir
periode dalam rangka menentukan status kepemilikan persediaan, yakni antara
lain:
a) Barang dalam
perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang timbul
apabila barang masih dalam perjalanan adalah sulitnya menentukan apakah barang
tersebut masih menjadi hak milik penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli.
Untuk mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan barang digunakan sebagai
dasar penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB Destination. FOB Destination
Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual sampai gudang
pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti bahwa barang-barang dalam
perjalanan masih merupakan hak milik penjual.
FOB
Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual sampai
gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti pembeli adalah
pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan. Oleh karena itu dalam
menentukan saldo persediaan untuk satu periode perusahaan harus mencatat jumlah
barang dagangan dalam perjalanan.
b) Barang
Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi
mengijinkan suatu perusahaan lain untuk menyimpan persediaan dalam gudang
mereka namun mereka tidak harus membeli persediaan tersebut. Dengan perjanjian
ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan menahan
kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut. Barang konsinyasi
masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan pemiliknya sampai barang
tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barang-barang ini dilaporkan sebesar harga
perolehannya (cost) di tambah biayabiaya yang dikeluarkan untuk memindahkan
barang tersebut dari gudang pemilik ke gudang perusahaan yang menjualkannya.
Ø Kepemilikan
Persediaan
Sebagai pedoman umum,
barang yang masuk sebagai persediaan adalah barang yang benar-benar dimiliki
oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan tersebut. Agar dapat disusun
laporan keuangan secara wajar, maka harus ditentukan apakah suatu elemen
persediaan sudah secara sah menjadi hak milik perusahaan. Masalah yang mungkin
terjadi pada akhir periode dalam rangka menentukan status kepemilikan
persediaan, yakni antara lain:
a. Barang dalam
perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang timbul apabila
barang masih dalam perjalanan adalah sulitnya menentukan apakah barang tersebut
masih menjadi hak milik penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli. Untuk
mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan barang digunakan sebagai dasar
penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB Destination.
ü FOB
Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual
sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti bahwa
barang-barang dalam perjalanan masih merupakan hak milik penjual.
ü FOB
Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual sampai
gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti pembeli adalah
pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan. Oleh karena itu, dalam
menentukan saldo persediaan untuk satu periode perusahaan harus mencatat jumlah
barang dagangan dalam perjalanan.
b. Barang
Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi
mengijinkan suatu perusahaan lain untuk menyimpan persediaan dalam gudang
mereka namun mereka tidak harus membeli persediaan tersebut. Dengan perjanjian
ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan menahan
kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut. Barang-barang
konsinyasi masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan pemiliknya
sampai barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang ini dilaporkan
sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memindahkan barang tersebut dari gudang pemilik ke gudang perusahaan yang
menjualkannya.
Ì Menentukan Biaya Persediaan
Persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan tergantung dari jenis
usahanya. Misalnya suatu perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan
yaitu persediaan barang dagangan, sedang perusahaan industri akan memiliki
lebih dari satu jenis persediaan. Oleh karena itu adalah penting untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan harga perolehan persediaan atau biaya
persediaan. Menurut PSAK no 14 biaya persediaan harus meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present
location and condition).
Dalam hal persediaan adalah bahan baku atau barang yang diperoleh untuk dijual
kembali maka biaya termasuk didalamnya adalah harga pembelian, biaya angkut,
biaya asuransi, pajak dan biaya penyimpanan. Dalam hal persediaan adalah barang
dalam proses maka biaya terdiri dari bahan baku, tenaga kerja produksi dan
sebagian overhead pabrik yang diharuskan untuk menjaga pabrik tetap berjalan.
Dalam hal persediaan adalah barang jadi maka biaya terdiri dari bahan baku,
tenaga kerja, dan biaya overhead yang digunakan dalam proses produksi barang
tersebut.
Ì Harga
Pokok Penjualan
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara layak hasil usaha
selama satu periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap biaya untuk
memperoleh dan mempertahankan penghasilan tersebut. Dalam akuntansi persediaan
harus ditentukan apakah suatu persediaan merupakan beban atau merupakan aktiva.
Jika persediaan telah terjual maka persediaan tersebut akan dilaporkan sebagai
beban atau merupakan komponen dari harga pokok penjualan, sebaliknya jika
persediaan tersebut masih merupakan milik perusahaan (belum terjual) maka akan
dilaporkan sebagai aktiva lancar perusahaan.
Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual, maka nilai tercatat
persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya
pendapatan atas penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat persediaan
yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching) beban
dengan pendapatan. Oleh karena itu dalam menentukan besarnya laba harus
dihitung terlebih dahulu besarnya harga pokok penjualan. Persediaan yang dibeli
atau dibuat selama suatu periode ditambahkan ke persediaan awal dan jumlah
biaya persediaan ini disebut dengan harga pokok barang tersedia untuk dijual.
Pada akhir periode akuntansi, jumlah biaya yang tersedia untuk dijual
dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa (dicatat di neraca sebagai
aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode (dilaporkan dalam laba rugi
sebagai biaya, harga pokok penjualan).
v Keterangan
flowchart pencatatan produk jadi, pencatatan harga pokok jadi yang dijual, dan
pengeluaran barang:
ü Gudang
Gudang membuat barang
sehingga menjadi barang jadi, lalu membuat Catatan Pertambahan Barang yang
dirangkap 3, lembar pertama sebagai arsip, lembar kedua diberikan ke Pimpinan,
lembar ketiga diberikan ke Bagian Akuntansi Persediaan.
Dari Daftar Pemesanan customer
yang diterima dari Bagian Penjualan, Gudang mencatat pengeluaran tersebut
dengan membuat Catatan Pengeluaran Barang rangka 2, lembar pertama sebagai
dasar penyiapan barang yang akan dipesan, sedangkan lembar kedua diberikan ke
Bagian Akuntansi Persediaan. Barang yang dipesan lalu diberikan ke Bagian
Penjualan.
ü Bagian
Akuntansi Persediaan
Dari Catatan
Pertambahan Barang, Bagian ini membuat Daftar Harga Jual Barang (DHJB) rangkap
2, lembar pertama sebagai arsip, lembar kedua diberikan ke Pimpinan.
Dari Catatan
Pengeluaran Barang, Bagian ini membuat Laporan Pengeluaran Barang rangkap 2,
lembar pertama untuk arsip, lembar kedua diberikan ke Pimpinan.
ü Pimpinan
Catatan Pertambahan
Barang dari Gudang dijadikan arsip.
Setelah menerima DHJB
dari Bagian Akuntansi Persediaan, pimpinan menyetujui lalu dijadikan arsip dan
diberikan ke Bagian Penjualan.
Laporam Pengeluaran
Barang yang diterima dari Bagian Akuntansi Persediaan dan Laporan Keuangan yang
diterima dari Bagian Penjualan dijadikan arsip.
ü Bagian
Penjualan
DHJB yang diterima dari
pimpinan serta permintaan Daftar Harga Barang (DHB) dari customer dijadikan
dasar untuk membuat DHB yang diminta oleh customer, lalu DHB tersebut diberikan
ke customer.
Bagian Penjualan lalu
menerima Daftar Pemesanan (DP) dari customer, lalu diserahkan ke Gudang. Dari
DP, Bagian Penjualan membuat Surat Jalan. Barang beserta surat jalan dikirim ke
Customer. Setelah mendapat surat jalan yang ditandatangani, Bagian Penjualan
membuat Laporan Keuangan rangkap 2, lembar pertama diserahkan ke Pimpinan,
sedangkan lembar kedua dijadikan arsip.
v Keterangan
flowchart pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli dan permintaan barang:
Ø Gudang
Gudang melalukan
pengecekan barang lalu membuat form permintaan barang rangkap 2, lembar kedua diberikan
ke Bagian Pembelian, sedangkan lembar pertama bersama dengan Laporan Penerimaan
Barang (LPB) yang diterima dari Bagian Penerimaan dijadikan sebagai dasar
pembuatan Laporan Penambahan Persediaan rangkap 2, lembar pertama sebagai
arsip, lembar kedua diserahkan ke pimpinan.
Ø Bagian
Pembelian
Form pembelian barang
yang diterima dari Gudang oleh Bagian Pembelian dibuat Surat permintaan
penawaran harga (SPPH) rangkap 2, lembar pertama sebagai arsip, lembar kedua
diserahkan ke Supplier.
Surat Penawaran Harga
(SPH) yang diterima dari supplier, Bagian Pembelian mencari harga yang cocok
dan membuat Surat Order Pembelian (SOP) rangkap 3, lembar 1 sebagai arsip,
lembar kedua diserhakan ke Bagian Penerimaan, lembar ketiga diserahkan ke
supplier.
Ø Supplier
Setelah menerimah SPPH
dari Bagian Pembelian, lalu supplier membuat SPH lalu diberikan ke Bagian
Pembelian.
SOP yang diterima dari
Bagian Pembelian dibuat Surat Penerimaan Barang (SPB) rangkap 2, lembar pertama
diberikan Bagian penerimaan bersama barang, lembar kedua dijadikan arsip.
Ø Bagian
Penerimaan
SOP yang diterima dari
Bagian Pembelian dan SPB yang diterima dari supplier, dilakukan pengecekan lalu
membuat Laporan Penerimaan Barang (LPB) rangkap 2, lembar pertama diserahkan ke
Gudang, lembar kedua sebagai arsip.
Ø Pimpinan
Laporan Penambahan
Persediaan Persediaan yang diterima dari Gudang dijadikan arsip.
|